Dwi Budiyanto T
Kamis, 14 Juli 2016
PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN IKAN PADA PENGOLAHAN FILLET PATIN MENUJU INDUSTRI TANPA LIMBAH
Produksi ikan patin pada tahun
2006 sebesar 31.490 ton dan pada tahun 2013 sebesar 651.000 ton dengan target
produksi ikan patin 2013 sebesar 1.107.000 ton. Kebutuhan patin hidup/segar
mencapai 12.000 s/d 13.500 ton/bulan, sedangkan kebutuhan fillet sekitar 400 s/d
450 ton/bulan (Trobos, 2013), guna pemenuhan kebutuhan konsumen seperti di
perhotelan dan restoran dari patin kualitas super yang mencapai kurang lebih
100 ton per bulan, beberapa tahun yang lalu kebutuhan ini dicukupi melalui
impor dari Vietnam.
Ada 7 (tujuh) industri besar pengolahan
fillet patin saat ini yaitu di Jakarta, jawa
barat, jawa timur dan sumatera utara dengan jenis patin yang
diolah adalah Pangasius hypothalamus. Namun
kendala pada industri fillet patin dalam negeri adalah faktor
penguasaan teknologi, karateristik sumber daya alam dan efisiensi produksi yang
rendah. Padahal patin dalam negeri di pasar harus bersaing dengan produk impor
asal Vietnam yang memiliki kualitas bagus dengan daging lebih putih dan tidak
berbau lumpur.
Untuk meningkatkan daya saing
produk fillet patin terutama harga, diperlukan usaha-usaha memanfaatkan bagian-bagian ikan yang
tidak dapat digunakan untuk fillet seperti, kepala, serpihan daging (tetelan),
kulit, tulang dan isi perut malalui diversifikasi produk olahan dan pemanfaatan
bagian-bagian ikan yang sama sekali tidak dapat dikonsumsi oleh manusia, dengan penerapan prinsip blue economy
dalam industri pengolahan, dimana suatu usaha tidak menyisakan bagian-bagian
ikan dan air dari proses pencucian (zero
waste), maka tidak ada lagi bagian-bagian ikan dan limbah cair yang tidak terpakai, yang semuanya
dapat memberikan peluang usaha baru, nilai tambah, tidak mencemari lingkungan,
efisien dan memperkaya alam.
Inovasi dan kreatifitas
sangat perlu dilakukan oleh industri dalam menciptakan produk yang bernilai
tambah, efieiensi sistem produksi dan manajemen, dengan hasil-hasil pengolahan
limbah ini bila diproses dan dikembangkan lebih lanjut akan mendatangkan
penghasilan tambahan yang dapat digunakan untuk menekan cost produksi sehingga
harga fillet patin dapat bersaing dengan produk fillet import
2. PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN IKAN PATIN
Ikan secara umum dibagi
menjadi daging, kepala, tulang, kulit dan isi perut, dalam industri pengolahan
hasil perikanan produk utamanya yang menjadi target produksi adalah daging,
sedangkan bagian-bagian ikan yang lain umumnya dijual ke masyarakat, pengolah
atau dimanfaatkan sendiri sebagai penambah nilai produk utama. Dalam industri pengolahan patin,
bagian-bagian ikan yang dihasilkan sebagai
berikut :
1.
|
Daging dalam bentuk filet tanpa kulit
|
:
|
30,25 %
|
2.
|
Serpihan daging (tetelan) sisa perapihan
|
:
|
17,25
%
|
3.
|
Kepala
|
:
|
24,80 %
|
4.
|
Tulang
|
:
|
13,20 %
|
5.
|
Kulit
|
:
|
6,15 %
|
6.
|
Isi perut
|
:
|
5,20 %
|
7.
|
Insang
|
:
|
3,15 %
|
Selain itu juga air dari proses
pengolahan yang volumenya 5 kali dari berat ikan yang diolah mengandung protein
50 – 55 %, dengan berat protein sebesar 5 % dari volume air proses.
Saat ini usaha untuk pemanfaatan
bagian-bagian ikan oleh industri pengolahan patin sudah dilakukan, namun masih
dalam taraf menjual bagian-bagian tersebut keunit pengolahan lain, seperti kepala patin dijual
untuk di konsumsi atau untuk pakan ternak, tetelan untuk bahan pembuatan bakso
ikan. Adapun kulitnya diolah menjadi kerupuk kulit, untuk tulang serta
jeroannya sebagai bahan baku pakan ikan. Sedangkan limbah cairnya dijual untuk
bahan pupuk tanaman. Dari hasil penjualan bagian-bagian ikan ke unit pengolahan
lain, industri pengolahan fiilet patin dapat menekan biaya produksi sekitar 25
– 36 %, yang dapat menmpunyai pengaruh pada meningkatnya kemampuan pembelian bahan baku yang lebih
tinggi serta rendahnya harga fillet sehingga produk dapat bersaing dengan fillet-filet impor di pasar.
3. NILAI TAMBAH BAGIAN-BAGIAN IKAN PADA KOMODITAS
PATIN
Ikan secara umum dibagi menjadi daging, kepala, tulang, kulit dan isi
perut. Dalam industri pengolahan hasil perikanan produk utamanya yang menjadi
target produksi adalah daging, sedangkan bagian-bagian ikan yang lain umumnya
dijual ke masyarakat, ke pengolah atau dimanfaatkan sendiri sebagai penambah
nilai produk utama.
Tabel 1. Kemampuan industri
pengolahan fillet patin dalam membeli bahan baku dengan harga jual produk dipasar
Bahan Baku
|
Harga
(Rp Kg)
|
Kebutuhan Bahan Baku Dalam 1 Kg Fillet (Kg)
|
Harga Jual Fillet di Pabrik (Rp/Kg)
|
Harga Jual Fillet Yang Diterima Pasar (Rp/Kg)
|
Ikan Patin Utuh
|
16.000
|
3,3
|
52.800
|
45.000
|
15.000
|
3,3
|
49.000
|
||
14.000
|
3,3
|
46.200
|
||
13.000
|
3,3
|
42.900
|
||
12.000
|
3,3
|
39.600
|
Keterangan: Sumber Harga Jual Fillet Yang Diterima
Pasar Lotte Mart
Dari Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa, dengan harga jual ikan
patin Rp.16.000/kg (hasil kesepakatan pertemuan surabaya antara pembudidaya
patin dengan industri patin tahun 2014) menyebabkan harga jual/produksi 1 kg
fillet patin dari pabrik menjadi Rp.52.800/kg. Harga produksi menjadi sangat
tinggi dibandingkan dengan harga jual fillet yang bisa diterima pasar yaitu
Rp.45.000/kg. Dari ilustrasi ini dapat tergambarkan bahwa pengusaha fillet
patin tidak akan dapat bersaing kalau hanya mengandalkan keuntungan dari hasil
penjualan produk utama. Oleh karena itu, dibutuhkan pemanfaatan dari bagian-bagian
ikan patin untuk mendatangkan penghasilan tambahan sehingga harga jual fillet dapat
lebih bersaing. Pada Tabel 2, diuraikan pemanfaan bagian ikan dan protein terlarut dalam air cucian
oleh salah satu industri filet patin.
Tabel 2. Kondisi saat ini yang sudah dilakukan oleh salah satu industri fillet
patin dalam pemanfaatan bagian-bagian ikan
Jumlah ikan
yang dibutuhkan untuk 1 Kg Fillet
|
Bagian Ikan yang dapat dijual
|
Randemen
(kg)
|
Harga Jual Bagian Ikan Diterima Pasar (Rp/Kg)
|
Harga Jual Bagian Ikan (Rp/Kg)
|
Pemanfaatan Saat ini
|
3,3 kg
|
Daging (30,25%)
|
0,998
|
45.000
|
44.910
|
Fillet
|
Kepala (24,80%)
|
0,818
|
2.500
|
2.046
|
Kuliner
|
|
Serpihan (17,25%)
|
0,569
|
15.000
|
8.538
|
Fish Jelly
|
|
Kulit (6,15%)
|
0,202
|
5.000
|
1.014
|
Kerupuk
|
|
Tulang, Isi Perut, Insang (21,55%)
|
0,711
|
3.000
|
2.133
|
Pakan
|
|
Protein terlarut dalam air limbah (5%)
|
0,825
|
3.000
|
2475
|
Bahan Pupuk
|
Pada tabel 2, dapat dilihat
bahwa pemanfaatan bagian-bagian ikan dengan cara menjual ke masyarakat untuk
dimanfaatkan untuk kuliner, kerupuk, fish jelly produk dan lain sebagainya akan
menghasilkan Rp. 16.206 dalam 3,3 kg ikan utuh, sedangkan produk utama
yakni berupa fillet mempunyai harga Rp. 44.910. Dengan harga fillet yang
diterima pasar Rp. 45.000/kg, maka profit yang diterima pasar hanya 0,2 % apabila bagian-bagian
ikan dibuang atau tidak dimanfaatkan sedangkan bila bagian-bagian ikan tsb dimanfaatkan atau dijual, maka
profit yang diterima sebesar 35,81 %
dengan perhitungan ((Rp. 44.910 + Rp 16.206
- Rp. 45.000) : Rp. 45.000) x 100 %.
Dengan pemanfaatan bagian-bagian ikan patin ini, bukan hanya harga fillet dapat bersaing dipasar namun juga dapat
berpengaruh kepada kemampuan pembelian bahan baku dan
penyerapan tenaga kerja baik pada industri itu sendiri atau pada industri
turunan.
MENGENAL IKAN GLODOK (MUDSKIPPER) DAN PEMANFAATANNYA
Ikan Glodok adalah ikan yanganeh,
bisa hidup di air dan dilumpur. Orang jakarta bilang namanya Ikan bosoatau ikan
jorok. Namun sangat di cari di Jepang untuk dimakan, karena sangat baik untuk
kesehatan terutama janin ibu hamil dan peningkat tenaga lelaki
Gelodok, belodok, belodog atau
blodog adalahsekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak
sukuOxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama
didaerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air
surut.Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak
(bahasaMelayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris
disebutmudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu.
Tampang ikan ini sangatlah khas.
Kedua matanyamenonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan
sirip-sirippunggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti
torpedo,sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari
beberapasentimeter hingga mendekati 30 cm.
Keahlian yang dimiliki ikan yang
satu ini, selaindapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan
di darat), ikangelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan
'berjalan' diatas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip
ini dapatditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan
melompat.
Daya bertahan di daratan ini
didukung pula olehkemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan
selaput lendir dimulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam
keadaan lembab.Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan
diri ke air untukmembasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmuskoelreuteri
setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelummasuk lagi ke
air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air dirongga insangnya
yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendamdan berfungsi
selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan.
Hidup di wilayah pasang surut,
gelodok biasamenggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini
bisa sangatdalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di
ruang-ruangtertentu. Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi
dilubang-lubangini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan.
Ikan jantan memiliki semacam alat
kopulasi padakelaminnya. Setelah perkimpoian, telur-telur ikan gelodok disimpan
dalamlubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket
danmelekat pada dinding lumpur. Gelodok Periophthalmodonschlosseri dapat
bertelur hingga 70.000 butir.
Dari hasil penelitian Budiyanto
pada tahun 1983, didalamlambung (ventriculus) ikan glodok diSagara anakan,
terdapat semut, lalat, ketam (Uca spp.), udang, ikan, kerang cumi-cumi dan
sedikit algae. Sehinggadisimpulkan ikan glodok banyak memangsa hewan dan juga
diduga sedikit memakan tumbuhan.Ketika menjelajah daratan, gelodok juga sering
menyerang dan mengusir gelodokyang lainnya, untuk mempertahankan teritorinya.
Penyebaran dan Pemanfaatannya
Ikan gelodok hanya dijumpai di
pantai-pantaiberiklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke
pantai AtlantikBenua Afrika. Ikan ini termasuk ikanyang paling tahan
terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidupdalam kondisi yang
"memprihatinkan" sekalipun.
Di Indonesia, ikan glodok
ditemukan oleh HardenBerg pada tahun 1935 di Sumatera dan Kalimantan deari
jenis Periophtalmus sp dan sekarang telah tersebar luas di
sepanjangpantai utara jawa, segara anakan cilacap dan nusakambangan,
Kalimantan,Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Saat ini telah teridentifikasi
sebanyak 35spesies ikan gelodok. Terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
Boleophthalmus, Periophthalmus dan Periophthalmodon. Beberapa spesiescontohnya
adalah Pseudapocrypteselongatus, Periophthalmus gracilis,Periophthalmus
novemradiatus,Periophthalmus barbarus, Periophthalmus argentilineatus dan
Periophthalmodon schlosseri.
Cara penangkapan yaitu
menggunakan ketapel ataudengan memasang jaring yang ditebarkandiatas
lobang-lobang persembunyian ikan glodok. Pemasangan dilakukanpada saat pasang
dan ketika saat surut, ikan-ikan tersebut akan keluar darilobang untuk mencari
makan. Denganadanya jaring yang ditebar diatas lobang-lobang persembunyian maka
ikan glodokakan terjerat disela-sela jaring.
Nilai ekonomi dari ikan ini di
Indonesia belum optimal. Namun didaerah seperti Kerawang dan Cilacap ikan ini
sudah diperjualbelikan dengan harga Rp. 3.000/kg dengan pemanfaatan sebagai
ikan kering danikan asap. Namun di Tiongkok dan Jepang,ikan gelodok
menjadi santapan, selain juga digunakan sebagai obat tradisional,terutama
sebagai peningkat tenaga lelaki dan juga untuk kesehatan terutama janin ibu
hamil.
Dari hasil analisa BBPMP pada
tahun 1990, ikangolodok segar dari jenis Periophthalmodonschlosseri
mempunyai komposisi yaitu7,91 % protein, 0,46 % lemak, 3,82 % abu dan 72,80 %
air. Sedangkan bila sudahdipanggang ikan glodok ini mempunyai kandungan 24,31 %
protein, 0,85 % lemak,5,17 % abu dan 43,73 % air. Dengan melihat potensi ikanglodok
yang besar dan peluang pasarnya yang menarik, maka ikan ini perludimanfaatkan
secara optimal.
MINYAK IKAN
Industri pengalengan ikan dan industri pengolahan tepung ikan merupakan industri yang dapat menghasilkan minyak ikan. Minyak ikan diperoleh dari hasil pemasakan dimana akan terjadi penggumpalan protein dan pecahnya lemak serta pemisahan air. Minyak ikan hasil kaya akan asam lemak omega-3,
khususnya EPA (Eilosa Panteonil Acid) dan DHA (D-Hexaenoic Acid). Namun selama ini minyak
ikan hanya dimanfaatkan sebagai pakan
yang masih mengandung asam lemak jenuh tinggi yang menyebabkan minyak ikan menjadi kurang
stabil selama penyimpanan terutama didalam kemasan yang mengalami oksidasi, proses oksidasi semakin meningkat
dengan adanya panas, cahaya dan O2.
Proses untuk mendapatkan minyak
dengan kualitas yang baik ada 2 tahap penting yang harus diperhatikan yaitu
proses ekstraksi minyak dan proses pemurnian minyak. Ekstraksi adalah suatu
cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak. Pemurnian (refining) adalah suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna tidak menarik dan untuk
memperpanjang umur simpan sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan
mentah dalam industri. Pemurnian ini perlu dilakukan karena minyak atau lemak
yang dihasilkan dalam proses ekstraksi umunya mengandung kotoran yang ikut
terekstraksi dan kotoran tersebut dapat menimbulkan kerusakan yang
mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan atau menurun
Pemanfaatan minyak ikan dalam
industri pangan dengan tujuan utuk pengganti fungsi minyak industri/lemak
hewani dan memperkaya nilai gizin makanan dalam rangka mendapatkan makanan
sehat. Untuk maksud tersebut, minyak ikan dikembangkan pemakainya pada produk
margarine, and table spread, hard fat, shortening, pastry fat, adonan biskuit dan
emulsi untuk roti, adanan roti, minyak goreng, biskuit filling, isinya
salad/sayur, emulsifier, fish spread, peanuut butter, mayonise, coleslaw,
salami dan sosis
Di Indonesia, minyak ikan diperoleh
dari hasil samping dengan pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Minyak ikan
tersebut dapat ditingkatkan mutunya agar layak dikonsumsi manusia dengan
memurnikannya dengan metode alkali. Minyak ikan mempunyai nilai manfaat
kesehatan,pengobatan dan gizi. Dengan demikian, minyak ikan dapat dimanfaatkan
untuk keperluan industri farmasi dan pangan. Minyak ikan dapat diolah menjadi
kapsul konsentrat asam lemak omega 3. dengan teknik mikroenkapsulasi minyak
ikan dapat diproses menjadi tepung minyak ikan yang memudahkan dalam
penanganan, penyimpanan dan pemanfaatannya.
Minyak ikan merupakan minyak yang
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh paling tinggi dibandingkan dengan jenis
minyak lainnya. Ditinjau dari segi kesehatan, hal ini sangat menguntungkan
terutama kandungan asam lemak omega 3 nya. Kandungan asam lemak tak jenuhyang
tinggi menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil, mudah mengalami oksidasi.
Proses oksidasi akan semakin meningkat dengan adanya pannas, cahaya dan oksigen.
2. Pengolahan Minyak Ikan
Minyak ikan sangat berbeda dengan
minyak lainnya, yang dicirikan dengan (1) variasi asam lemaknya lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak atau lemak lainnya, (2) jumlah asam lemaknya lebih
banyak; (a) panjang rantai karbon mencapai 20 atau 22, (b) lebih banyak
mengandung jenis asam lemak tak jenuh jamak (ikatan rangkap sampai dengan 5 dan
6), dan (c) lebih banyak mengandung jenis omega-3 dibandingkan dengan omega-6.
Asam lemak yang berasal dari ikan pada prinsipnya ada 3 jenis yaitu jenuh,
tidak jenuh tunggal dan tidak jenuh jamak. Asam lemak tak jenuh tunggal
mengandung satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak mengandung banyak
ikatan rangkap per molekul.
Pengolahan minyak ikan di
Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang diproduksi
terdiri atas minyak hati dan minyak dari badan ikan yang merupakan hasil
samping pengolahan tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan
yang dihasilkan di Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan
maupun pakan ternak dan sebagaian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta
industry kecil lainnya.
2.1. Proses Pembuatan Minyak
Ikan Secara Konvensional
Pengolahan minyak ikan di
Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang diproduksi terdiri
atas minyak hati dan minyak dari badan yang merupakan hasil samping pengolahan
tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan yang dihasilkan di
Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan maupun pakan ternak
dan sebagian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta industri kecil
lainnya. Bahan baku industri minyak ikan adalah minyak ikan dari ikan-ikan
pelagis dengan kadar lemak yang tinggi, seperti lemuru dan lainnya. Sumber
minyak tersebut diperoleh dari :
1. Hasil ekstraksi yang khusus untuk
diambil minyaknya
2. Hasil ekstraksi dari pengolahan tepung
ikan
3. Hasil samping dari pengolahan ikan
kaleng
Ekstraksi minyak dilakukan dengan
mencampur hati cucut botol dengan asam formiat teknis sebanyak 1 % dari berat
hati cucut botol (proses silase). Setelah 3 hari proses silase, kemudian
dilakukan penyaringan hasil silase melalui kain blacu untuk memperoleh minyak
kasar. Setelah minyak disimpan dalam suhu rendah selama 24 jam, lalu dilakukan
sentrifuge pada kecepatan putaran 500 rpm
2.2. Proses Pembuatan Minyak Ikan Secara Modern
Minyak ikan dari pabrik
dibersihkn dari kotoran dengan cara minyak ikan hasil saringan dipanaskan
seampai suhu 700C dan ditambahkan larutan garam 2-2.5% sebesar setengah volume
minyak, sambil diaduk 5 menit (untuk deguming). Campuran minyak tersebut
kemudian ditambahkan larutan netrium hidroksida 1N apabila FFA 4% menggunakan
NaOH teknis 8.7 gram dilarutkan dalam 125 ml air untuk satu liter minyak ikan.
Besarnya volume tergantung dari besarnya FFA minyak ikan yang akan dibersihkan.
Makin tinggi FFA, makin besar pula pemakaian natrium hidroksida. Pengadukan
selama 30 menit pada suhu 700C, proses ini disebut penyabunan kemudian larutan
sabun yang terjadi dipisahkan dari minyaknya. Apabila sabun masih ada yang
tertinggal dalam minyak perlu dicuci dengan air panas sampai minyak menjadi
bersih dari sabun. Minyak hasil penyabunan ditambah karbon aktif atau benfonif
3%. Kemudian dipanaskn pada suhu 600C sambil diaduk selama 20 menit.
Selanjutnya disaring dengan filter press. Minyak yang sudah bersih ditambah
antioksida (BHT) sebesar 20 ppm. Kemudian minyak dikemas dalam tempat yang
tidak tembus cahaya.
3. Pengembangan Minyak
Ikan
3.1. Minyak ikan dari badan ikan
(fish body oil)
Seperti diketahui minyak ikan sangat
mudah teroksidasi oleh karena banyaknya ikatan rangkap pada gugus rantai asam
lemaknya. Oleh karena itu perlu perlu perhatian yang lebih apabila minyak ikan akan
ditambahkan pada produk makanan. Perlakuan terhadap minyak ikan adalah dengan
cara pemurnian asam lemak tidak jenuhnya dan pengambilan omega 3 dari asam
lemaknya. Dengan kedua cara tersebut akan memberikan nilai tambah produk dengan
adanya perubahan penampakkan dan usia simpan produk.
3.2 Minyak hati (liver oil)
Prospek minyak hati ikan cucut
botol sebagai bahan baku industri di pasaran Internasional memiliki masa depan
yang cerah, sehingga upaya pengolahan lebih lanjut minyak hati cucut botol
menjadi bahan setengah jadi (skualen) merupakan prospek bisnis yang baik, hal
ini dapat menjadi kenyataan karena teknologi pengolahannya telah dapat
dihasilkan yang meliputi metoda dan teknik penanganan hati cucut botol di
kapal, ekstraksi minyak dan cara isolasi skualen dari minyak tersebut.
Bahan baku utama untuk pembuatan
skualen adalah hati ikan cucut dari keluarga Squalidae dan ikan cucut ini
banyak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Skualen adalah suatu
senyawa kimia banyak terdapat dalam minyak hati ikan cucut botol atau biasa
juga disebut ikan cucut yang hidup pada perairan dalam (300 -1000 meter), yaitu
pada bagian zat yang tidak dapat disabunkan. Skualen ini merupakan senyawa
kimia yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena banyak digunakan sebagai
bahan baku industri kosmetika, farmasi (obat-obatan), industri sutera
(pengkilap warna), pengolahan karet, bahan pelumas, dan lain-lain. Oleh karena
manfaat dari skualen ini sangat banyak, maka minyak hati cucut botol ini
menjadi penting dan dibutuhkan tetapi sangat disayangkan kebutuhannya belum
dapat dipenuhi oleh usaha penangkapan ikan cucut tersebut dalam negeri. Secara
kimia, skualen adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai enam ikatan rangkap.
Senyawa ini merupakan cairan jernih yang tidak larut dalam air, sedikit larut
dalam alkohol dan larut dalam pelarut lemak. Skualen mempunyai titik beku
-60°C, titik didih 225°C. indek bias 1.40 – 1.50 dan angka iod 366 – 380.
4. Peluang Pengembangan minyak di Indonesia
Pasar produk pengolahan minyak
ikan berteknologi adalah industri makanan seperti : susu bubuk bayi, biskuit,
permen, dan lainnya. Untuk menentukan jumlah permintaan pasar harus
diperhitungkan jumlah industri makanan tersebut dan juga jumlah pemakaiannya
dari setiap industri tersebut. Dikarenakan penggunaan produk minyak ikan
berteknologi belum secara meluas di industri makanan dalam negeri maka perlu
pula dilakukan perhitungan peluang pasar di luar negeri terutama regional.
Sumber minyak ikan tersebut dapat
dari ikan pelagis hasil dari pengalengan dan penepungan. Sumber pasokan
tersebut dapat digunakan namun akan mempengaruhi kepada mutu minyak, harga
bahan baku, dan jumlah ketersediaan pasokan. Untuk menanggulangi kemungkinan
kekurangan pasokan bahan baku maka perhitungan jumlah ketersediaan pasokan
tidak hanya berasal dari domestik tetapi juga berasal dari luar negeri
(import).
Dengan terbukanya peluang
berusaha dan pemasaran dalam perdagangan bebas maka beberapa produk baik yang
sejenis atau substitusi akan dijumpai dengan mudah dipasar baik nasional maupun
internasional. Dalam situasi yang demikian maka konsumen akan mempunyai peluang
yang sangat luas dan bebas memilih barang yang diinginkan.. Oleh sebab itu
nisbah antara harga dan mutu akan sangat menentukan dalam keberhasilan
pengembangan agroindustri perikanan. Rendahnya harga yang dipengaruhi oleh
tingginya efisiensi akan memberikan peluang konsumen untuk dapat membelinya.
Sedangkan tingginya mutu suatu produk akan memberikan jaminan dan keyakinan
kepada konsumen untuk mempoleh kepuasan.
Mutu produk industry minyak ikan
akan sangat dipengaruhi mutu bahan mentah minyak ikan, penguasaan teknologi
emulsifikasi dan enkapsulasi, serta mesin dan peralatan yang digunakan. Ketiga
faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan
industri minyak ikan guna menghasilkan mutu produk yang dapat bersaing dan
diterima konsumen. Disamping itu juga seiring dengan pemenuhan akan food safety
dimana produsen dituntut untuk dapat memberikan jaminan mutu (quality
assurance) terhadap produk yang diproduksi dan dipasarkan maka industri
enkapsulasi minyak ikan harus pula menerapkan konsep Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) yang merupakan suatu teknik operasional pengawasan mutu
yang bertumpu pada upaya pencegahan sejak dini mulai dari produksi bahan baku,
transportasi, pengolahan sampai pada distribusi dan pemasarannya.
Langganan:
Postingan (Atom)