Industri pengalengan ikan dan industri pengolahan tepung ikan merupakan industri yang dapat menghasilkan minyak ikan. Minyak ikan diperoleh dari hasil pemasakan dimana akan terjadi penggumpalan protein dan pecahnya lemak serta pemisahan air. Minyak ikan hasil kaya akan asam lemak omega-3,
khususnya EPA (Eilosa Panteonil Acid) dan DHA (D-Hexaenoic Acid). Namun selama ini minyak
ikan hanya dimanfaatkan sebagai pakan
yang masih mengandung asam lemak jenuh tinggi yang menyebabkan minyak ikan menjadi kurang
stabil selama penyimpanan terutama didalam kemasan yang mengalami oksidasi, proses oksidasi semakin meningkat
dengan adanya panas, cahaya dan O2.
Proses untuk mendapatkan minyak
dengan kualitas yang baik ada 2 tahap penting yang harus diperhatikan yaitu
proses ekstraksi minyak dan proses pemurnian minyak. Ekstraksi adalah suatu
cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak. Pemurnian (refining) adalah suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna tidak menarik dan untuk
memperpanjang umur simpan sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan
mentah dalam industri. Pemurnian ini perlu dilakukan karena minyak atau lemak
yang dihasilkan dalam proses ekstraksi umunya mengandung kotoran yang ikut
terekstraksi dan kotoran tersebut dapat menimbulkan kerusakan yang
mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan atau menurun
Pemanfaatan minyak ikan dalam
industri pangan dengan tujuan utuk pengganti fungsi minyak industri/lemak
hewani dan memperkaya nilai gizin makanan dalam rangka mendapatkan makanan
sehat. Untuk maksud tersebut, minyak ikan dikembangkan pemakainya pada produk
margarine, and table spread, hard fat, shortening, pastry fat, adonan biskuit dan
emulsi untuk roti, adanan roti, minyak goreng, biskuit filling, isinya
salad/sayur, emulsifier, fish spread, peanuut butter, mayonise, coleslaw,
salami dan sosis
Di Indonesia, minyak ikan diperoleh
dari hasil samping dengan pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Minyak ikan
tersebut dapat ditingkatkan mutunya agar layak dikonsumsi manusia dengan
memurnikannya dengan metode alkali. Minyak ikan mempunyai nilai manfaat
kesehatan,pengobatan dan gizi. Dengan demikian, minyak ikan dapat dimanfaatkan
untuk keperluan industri farmasi dan pangan. Minyak ikan dapat diolah menjadi
kapsul konsentrat asam lemak omega 3. dengan teknik mikroenkapsulasi minyak
ikan dapat diproses menjadi tepung minyak ikan yang memudahkan dalam
penanganan, penyimpanan dan pemanfaatannya.
Minyak ikan merupakan minyak yang
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh paling tinggi dibandingkan dengan jenis
minyak lainnya. Ditinjau dari segi kesehatan, hal ini sangat menguntungkan
terutama kandungan asam lemak omega 3 nya. Kandungan asam lemak tak jenuhyang
tinggi menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil, mudah mengalami oksidasi.
Proses oksidasi akan semakin meningkat dengan adanya pannas, cahaya dan oksigen.
2. Pengolahan Minyak Ikan
Minyak ikan sangat berbeda dengan
minyak lainnya, yang dicirikan dengan (1) variasi asam lemaknya lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak atau lemak lainnya, (2) jumlah asam lemaknya lebih
banyak; (a) panjang rantai karbon mencapai 20 atau 22, (b) lebih banyak
mengandung jenis asam lemak tak jenuh jamak (ikatan rangkap sampai dengan 5 dan
6), dan (c) lebih banyak mengandung jenis omega-3 dibandingkan dengan omega-6.
Asam lemak yang berasal dari ikan pada prinsipnya ada 3 jenis yaitu jenuh,
tidak jenuh tunggal dan tidak jenuh jamak. Asam lemak tak jenuh tunggal
mengandung satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak mengandung banyak
ikatan rangkap per molekul.
Pengolahan minyak ikan di
Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang diproduksi
terdiri atas minyak hati dan minyak dari badan ikan yang merupakan hasil
samping pengolahan tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan
yang dihasilkan di Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan
maupun pakan ternak dan sebagaian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta
industry kecil lainnya.
2.1. Proses Pembuatan Minyak
Ikan Secara Konvensional
Pengolahan minyak ikan di
Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang diproduksi terdiri
atas minyak hati dan minyak dari badan yang merupakan hasil samping pengolahan
tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan yang dihasilkan di
Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan maupun pakan ternak
dan sebagian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta industri kecil
lainnya. Bahan baku industri minyak ikan adalah minyak ikan dari ikan-ikan
pelagis dengan kadar lemak yang tinggi, seperti lemuru dan lainnya. Sumber
minyak tersebut diperoleh dari :
1. Hasil ekstraksi yang khusus untuk
diambil minyaknya
2. Hasil ekstraksi dari pengolahan tepung
ikan
3. Hasil samping dari pengolahan ikan
kaleng
Ekstraksi minyak dilakukan dengan
mencampur hati cucut botol dengan asam formiat teknis sebanyak 1 % dari berat
hati cucut botol (proses silase). Setelah 3 hari proses silase, kemudian
dilakukan penyaringan hasil silase melalui kain blacu untuk memperoleh minyak
kasar. Setelah minyak disimpan dalam suhu rendah selama 24 jam, lalu dilakukan
sentrifuge pada kecepatan putaran 500 rpm
2.2. Proses Pembuatan Minyak Ikan Secara Modern
Minyak ikan dari pabrik
dibersihkn dari kotoran dengan cara minyak ikan hasil saringan dipanaskan
seampai suhu 700C dan ditambahkan larutan garam 2-2.5% sebesar setengah volume
minyak, sambil diaduk 5 menit (untuk deguming). Campuran minyak tersebut
kemudian ditambahkan larutan netrium hidroksida 1N apabila FFA 4% menggunakan
NaOH teknis 8.7 gram dilarutkan dalam 125 ml air untuk satu liter minyak ikan.
Besarnya volume tergantung dari besarnya FFA minyak ikan yang akan dibersihkan.
Makin tinggi FFA, makin besar pula pemakaian natrium hidroksida. Pengadukan
selama 30 menit pada suhu 700C, proses ini disebut penyabunan kemudian larutan
sabun yang terjadi dipisahkan dari minyaknya. Apabila sabun masih ada yang
tertinggal dalam minyak perlu dicuci dengan air panas sampai minyak menjadi
bersih dari sabun. Minyak hasil penyabunan ditambah karbon aktif atau benfonif
3%. Kemudian dipanaskn pada suhu 600C sambil diaduk selama 20 menit.
Selanjutnya disaring dengan filter press. Minyak yang sudah bersih ditambah
antioksida (BHT) sebesar 20 ppm. Kemudian minyak dikemas dalam tempat yang
tidak tembus cahaya.
3. Pengembangan Minyak
Ikan
3.1. Minyak ikan dari badan ikan
(fish body oil)
Seperti diketahui minyak ikan sangat
mudah teroksidasi oleh karena banyaknya ikatan rangkap pada gugus rantai asam
lemaknya. Oleh karena itu perlu perlu perhatian yang lebih apabila minyak ikan akan
ditambahkan pada produk makanan. Perlakuan terhadap minyak ikan adalah dengan
cara pemurnian asam lemak tidak jenuhnya dan pengambilan omega 3 dari asam
lemaknya. Dengan kedua cara tersebut akan memberikan nilai tambah produk dengan
adanya perubahan penampakkan dan usia simpan produk.
3.2 Minyak hati (liver oil)
Prospek minyak hati ikan cucut
botol sebagai bahan baku industri di pasaran Internasional memiliki masa depan
yang cerah, sehingga upaya pengolahan lebih lanjut minyak hati cucut botol
menjadi bahan setengah jadi (skualen) merupakan prospek bisnis yang baik, hal
ini dapat menjadi kenyataan karena teknologi pengolahannya telah dapat
dihasilkan yang meliputi metoda dan teknik penanganan hati cucut botol di
kapal, ekstraksi minyak dan cara isolasi skualen dari minyak tersebut.
Bahan baku utama untuk pembuatan
skualen adalah hati ikan cucut dari keluarga Squalidae dan ikan cucut ini
banyak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Skualen adalah suatu
senyawa kimia banyak terdapat dalam minyak hati ikan cucut botol atau biasa
juga disebut ikan cucut yang hidup pada perairan dalam (300 -1000 meter), yaitu
pada bagian zat yang tidak dapat disabunkan. Skualen ini merupakan senyawa
kimia yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena banyak digunakan sebagai
bahan baku industri kosmetika, farmasi (obat-obatan), industri sutera
(pengkilap warna), pengolahan karet, bahan pelumas, dan lain-lain. Oleh karena
manfaat dari skualen ini sangat banyak, maka minyak hati cucut botol ini
menjadi penting dan dibutuhkan tetapi sangat disayangkan kebutuhannya belum
dapat dipenuhi oleh usaha penangkapan ikan cucut tersebut dalam negeri. Secara
kimia, skualen adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai enam ikatan rangkap.
Senyawa ini merupakan cairan jernih yang tidak larut dalam air, sedikit larut
dalam alkohol dan larut dalam pelarut lemak. Skualen mempunyai titik beku
-60°C, titik didih 225°C. indek bias 1.40 – 1.50 dan angka iod 366 – 380.
4. Peluang Pengembangan minyak di Indonesia
Pasar produk pengolahan minyak
ikan berteknologi adalah industri makanan seperti : susu bubuk bayi, biskuit,
permen, dan lainnya. Untuk menentukan jumlah permintaan pasar harus
diperhitungkan jumlah industri makanan tersebut dan juga jumlah pemakaiannya
dari setiap industri tersebut. Dikarenakan penggunaan produk minyak ikan
berteknologi belum secara meluas di industri makanan dalam negeri maka perlu
pula dilakukan perhitungan peluang pasar di luar negeri terutama regional.
Sumber minyak ikan tersebut dapat
dari ikan pelagis hasil dari pengalengan dan penepungan. Sumber pasokan
tersebut dapat digunakan namun akan mempengaruhi kepada mutu minyak, harga
bahan baku, dan jumlah ketersediaan pasokan. Untuk menanggulangi kemungkinan
kekurangan pasokan bahan baku maka perhitungan jumlah ketersediaan pasokan
tidak hanya berasal dari domestik tetapi juga berasal dari luar negeri
(import).
Dengan terbukanya peluang
berusaha dan pemasaran dalam perdagangan bebas maka beberapa produk baik yang
sejenis atau substitusi akan dijumpai dengan mudah dipasar baik nasional maupun
internasional. Dalam situasi yang demikian maka konsumen akan mempunyai peluang
yang sangat luas dan bebas memilih barang yang diinginkan.. Oleh sebab itu
nisbah antara harga dan mutu akan sangat menentukan dalam keberhasilan
pengembangan agroindustri perikanan. Rendahnya harga yang dipengaruhi oleh
tingginya efisiensi akan memberikan peluang konsumen untuk dapat membelinya.
Sedangkan tingginya mutu suatu produk akan memberikan jaminan dan keyakinan
kepada konsumen untuk mempoleh kepuasan.
Mutu produk industry minyak ikan
akan sangat dipengaruhi mutu bahan mentah minyak ikan, penguasaan teknologi
emulsifikasi dan enkapsulasi, serta mesin dan peralatan yang digunakan. Ketiga
faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan
industri minyak ikan guna menghasilkan mutu produk yang dapat bersaing dan
diterima konsumen. Disamping itu juga seiring dengan pemenuhan akan food safety
dimana produsen dituntut untuk dapat memberikan jaminan mutu (quality
assurance) terhadap produk yang diproduksi dan dipasarkan maka industri
enkapsulasi minyak ikan harus pula menerapkan konsep Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) yang merupakan suatu teknik operasional pengawasan mutu
yang bertumpu pada upaya pencegahan sejak dini mulai dari produksi bahan baku,
transportasi, pengolahan sampai pada distribusi dan pemasarannya.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSelamat sore, postingnya menarik
BalasHapusMohon masukan apakah ada teknik/proses sederhana yg bisa diacu utk mengisolasi DHA saja atau Omega3 saja. Melihat trend sekarang untuk mem-fortifikasi elemen tsb saja di produk susu/makanan lainnya. Misal utk makanan pertumbuhan bayi, suplemen untuk kesehatan orang lanjut usia, makanan diet khusus dll.
Terimakasih & salam..
EPA/DHA dpt dipisahkan dr asam lemak tak jenuhnya dengan cara winterisasi, dimana setiap jenis asam lemak mempunyai titik beku yang berlainan. dengan titik beku ini maka akan dapat diambil EPA/DHAnya. Namun sebelum dipisahkan EPA/DHA, minyak ikan harus dimurnikan dahulu dari asamm lemak jenuhnya dengan proses dengan proses spt diatas. Tks
BalasHapus