Kamis, 14 Juli 2016

PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN IKAN PADA PENGOLAHAN FILLET PATIN MENUJU INDUSTRI TANPA LIMBAH


Produksi ikan patin pada tahun 2006 sebesar 31.490 ton dan pada tahun 2013 sebesar 651.000 ton dengan target produksi ikan patin 2013 sebesar 1.107.000 ton. Kebutuhan patin hidup/segar mencapai 12.000 s/d 13.500 ton/bulan, sedangkan kebutuhan fillet sekitar 400 s/d 450 ton/bulan (Trobos, 2013), guna pemenuhan kebutuhan konsumen seperti di perhotelan dan restoran dari patin kualitas super yang mencapai kurang lebih 100 ton per bulan, beberapa tahun yang lalu kebutuhan ini dicukupi melalui impor dari Vietnam.

Ada 7 (tujuh) industri besar pengolahan fillet patin saat ini yaitu  di Jakarta, jawa barat, jawa timur dan sumatera utara dengan jenis patin yang diolah adalah Pangasius hypothalamus. Namun kendala pada industri fillet patin dalam negeri adalah faktor penguasaan teknologi, karateristik sumber daya alam dan efisiensi produksi yang rendah. Padahal patin dalam negeri di pasar harus bersaing dengan produk impor asal Vietnam yang memiliki kualitas bagus dengan daging lebih putih dan tidak berbau lumpur.

Untuk meningkatkan daya saing produk fillet patin terutama harga, diperlukan usaha-usaha memanfaatkan bagian-bagian ikan yang tidak dapat digunakan untuk fillet seperti, kepala, serpihan daging (tetelan), kulit, tulang dan isi perut malalui diversifikasi produk olahan dan pemanfaatan bagian-bagian ikan yang sama sekali tidak dapat dikonsumsi oleh manusia, dengan penerapan prinsip blue economy dalam industri pengolahan, dimana suatu usaha tidak menyisakan bagian-bagian ikan dan air dari proses pencucian (zero waste), maka tidak ada lagi bagian-bagian ikan dan  limbah cair yang tidak terpakai, yang semuanya dapat memberikan peluang usaha baru, nilai tambah, tidak mencemari lingkungan, efisien dan memperkaya alam.

Inovasi dan kreatifitas sangat perlu dilakukan oleh industri dalam menciptakan produk yang bernilai tambah, efieiensi sistem produksi dan manajemen, dengan hasil-hasil pengolahan limbah ini bila diproses dan dikembangkan lebih lanjut akan mendatangkan penghasilan tambahan yang dapat digunakan untuk menekan cost produksi sehingga harga fillet patin dapat bersaing dengan produk fillet import

2. PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN IKAN PATIN  
Ikan secara umum dibagi menjadi daging, kepala, tulang, kulit dan isi perut, dalam industri pengolahan hasil perikanan produk utamanya yang menjadi target produksi adalah daging, sedangkan bagian-bagian ikan yang lain umumnya dijual ke masyarakat, pengolah atau dimanfaatkan sendiri sebagai penambah nilai produk utama.  Dalam industri pengolahan patin, bagian-bagian ikan yang dihasilkan sebagai berikut :
1.
Daging dalam bentuk filet tanpa kulit
:
30,25  %
2.
Serpihan daging (tetelan) sisa perapihan
:
17,25 %
3.
Kepala
:
24,80 %
4.
Tulang
:
13,20 %
5.
Kulit
:
  6,15 %
6.
Isi perut
:
  5,20 %
7.
Insang
:
  3,15 %

Selain  itu juga air dari proses pengolahan yang volumenya 5 kali dari berat ikan yang diolah mengandung protein 50 – 55 %, dengan berat protein sebesar 5 % dari volume air proses.

Saat ini usaha untuk pemanfaatan bagian-bagian ikan oleh industri pengolahan patin sudah dilakukan, namun masih dalam taraf menjual bagian-bagian tersebut keunit pengolahan lain, seperti  kepala patin dijual untuk di konsumsi atau untuk pakan ternak, tetelan untuk bahan pembuatan bakso ikan. Adapun kulitnya diolah menjadi kerupuk kulit, untuk  tulang serta jeroannya sebagai bahan baku pakan ikan. Sedangkan limbah cairnya dijual untuk bahan pupuk tanaman. Dari hasil penjualan bagian-bagian ikan ke unit pengolahan lain, industri pengolahan fiilet patin dapat menekan biaya produksi sekitar 25 – 36 %, yang dapat menmpunyai pengaruh pada meningkatnya  kemampuan pembelian bahan baku yang lebih tinggi serta rendahnya harga fillet sehingga produk  dapat bersaing dengan fillet-filet  impor di pasar.

3. NILAI TAMBAH BAGIAN-BAGIAN IKAN PADA KOMODITAS PATIN
Ikan secara umum dibagi menjadi daging, kepala, tulang, kulit dan isi perut. Dalam industri pengolahan hasil perikanan produk utamanya yang menjadi target produksi adalah daging, sedangkan bagian-bagian ikan yang lain umumnya dijual ke masyarakat, ke pengolah atau dimanfaatkan sendiri sebagai penambah nilai produk utama.

Tabel 1. Kemampuan industri pengolahan fillet patin dalam membeli bahan baku dengan harga jual produk dipasar  
Bahan Baku
Harga   (Rp  Kg)
Kebutuhan Bahan Baku Dalam 1 Kg Fillet (Kg)
Harga Jual Fillet di Pabrik (Rp/Kg)
Harga Jual Fillet Yang Diterima Pasar (Rp/Kg)
Ikan Patin Utuh
16.000
3,3
52.800
45.000

15.000
3,3
49.000


14.000
3,3
46.200


13.000
3,3
42.900


12.000
3,3
39.600

Keterangan: Sumber Harga Jual Fillet Yang Diterima Pasar Lotte Mart

Dari Tabel 1,  dapat dijelaskan bahwa, dengan harga jual ikan patin Rp.16.000/kg (hasil kesepakatan pertemuan surabaya antara pembudidaya patin dengan industri patin tahun 2014) menyebabkan harga jual/produksi 1 kg fillet patin dari pabrik menjadi Rp.52.800/kg. Harga produksi menjadi sangat tinggi dibandingkan dengan harga jual fillet yang bisa diterima pasar yaitu Rp.45.000/kg. Dari ilustrasi ini dapat tergambarkan bahwa pengusaha fillet patin tidak akan dapat bersaing kalau hanya mengandalkan keuntungan dari hasil penjualan produk utama. Oleh karena itu, dibutuhkan pemanfaatan dari bagian-bagian ikan patin untuk mendatangkan penghasilan tambahan sehingga harga jual fillet dapat lebih bersaing. Pada Tabel 2, diuraikan pemanfaan bagian ikan dan protein terlarut dalam air cucian oleh salah satu industri filet patin.

Tabel  2. Kondisi saat ini yang sudah dilakukan oleh salah satu industri fillet patin dalam pemanfaatan bagian-bagian ikan  
Jumlah  ikan yang dibutuhkan untuk 1 Kg Fillet
Bagian Ikan yang dapat dijual
Randemen
(kg)
Harga Jual Bagian Ikan Diterima Pasar (Rp/Kg)
Harga Jual Bagian Ikan (Rp/Kg)
Pemanfaatan Saat ini
3,3 kg
Daging (30,25%)
0,998
45.000
44.910
Fillet

Kepala (24,80%)
0,818
2.500
2.046
Kuliner

Serpihan (17,25%)
0,569
15.000
8.538
Fish Jelly

Kulit (6,15%)
0,202
5.000
1.014
Kerupuk

Tulang, Isi Perut, Insang (21,55%)
0,711
 3.000
2.133
Pakan

Protein terlarut dalam air limbah (5%)
0,825
3.000
2475
Bahan Pupuk

Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa pemanfaatan bagian-bagian ikan dengan cara menjual ke masyarakat untuk dimanfaatkan untuk kuliner, kerupuk, fish jelly produk dan lain sebagainya akan menghasilkan Rp. 16.206  dalam  3,3 kg ikan utuh, sedangkan produk utama yakni berupa fillet mempunyai harga Rp. 44.910. Dengan harga fillet yang diterima pasar Rp. 45.000/kg, maka profit yang diterima pasar hanya 0,2 % apabila bagian-bagian ikan dibuang atau tidak dimanfaatkan sedangkan bila bagian-bagian ikan tsb dimanfaatkan atau dijual, maka profit yang diterima sebesar 35,81 % dengan perhitungan  ((Rp. 44.910 + Rp 16.206 - Rp. 45.000) : Rp. 45.000) x 100 %.       

Dengan pemanfaatan bagian-bagian ikan patin ini, bukan hanya harga fillet dapat bersaing dipasar namun juga dapat berpengaruh kepada  kemampuan pembelian bahan baku dan penyerapan tenaga kerja baik pada industri itu sendiri atau pada industri turunan.


MENGENAL IKAN GLODOK (MUDSKIPPER) DAN PEMANFAATANNYA


Ikan Glodok adalah ikan yanganeh, bisa hidup di air dan dilumpur. Orang jakarta bilang namanya Ikan bosoatau ikan jorok. Namun sangat di cari di Jepang untuk dimakan, karena sangat baik untuk kesehatan terutama janin ibu hamil dan peningkat tenaga lelaki

Gelodok, belodok, belodog atau blodog adalahsekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak sukuOxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama didaerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut.Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak (bahasaMelayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebutmudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu.

Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanyamenonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirippunggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo,sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapasentimeter hingga mendekati 30 cm.

Keahlian yang dimiliki ikan yang satu ini, selaindapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), ikangelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan 'berjalan' diatas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini dapatditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.

Daya bertahan di daratan ini didukung pula olehkemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir dimulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab.Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untukmembasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmuskoelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelummasuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air dirongga insangnya yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendamdan berfungsi selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan.
Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasamenggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangatdalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruangtertentu. Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi dilubang-lubangini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan.

Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi padakelaminnya. Setelah perkimpoian, telur-telur ikan gelodok disimpan dalamlubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket danmelekat pada dinding lumpur. Gelodok Periophthalmodonschlosseri dapat bertelur hingga 70.000 butir.

Dari hasil penelitian Budiyanto pada tahun 1983, didalamlambung (ventriculus) ikan glodok diSagara anakan, terdapat semut, lalat, ketam (Uca spp.), udang, ikan, kerang cumi-cumi dan sedikit algae. Sehinggadisimpulkan ikan glodok banyak memangsa hewan dan juga diduga sedikit memakan tumbuhan.Ketika menjelajah daratan, gelodok juga sering menyerang dan mengusir gelodokyang lainnya, untuk mempertahankan teritorinya.

Penyebaran dan Pemanfaatannya
Ikan gelodok hanya dijumpai di pantai-pantaiberiklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai AtlantikBenua Afrika. Ikan ini termasuk  ikanyang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidupdalam kondisi yang "memprihatinkan" sekalipun.

Di Indonesia, ikan glodok ditemukan oleh HardenBerg pada tahun 1935 di Sumatera dan Kalimantan deari jenis Periophtalmus sp  dan sekarang telah tersebar luas di sepanjangpantai utara jawa, segara anakan cilacap dan nusakambangan, Kalimantan,Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Saat ini telah teridentifikasi sebanyak 35spesies ikan gelodok. Terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus dan Periophthalmodon. Beberapa spesiescontohnya adalah Pseudapocrypteselongatus, Periophthalmus gracilis,Periophthalmus novemradiatus,Periophthalmus barbarus, Periophthalmus argentilineatus dan Periophthalmodon schlosseri.

Cara penangkapan yaitu menggunakan ketapel ataudengan memasang jaring yang ditebarkandiatas lobang-lobang persembunyian ikan glodok. Pemasangan dilakukanpada saat pasang dan ketika saat surut, ikan-ikan tersebut akan keluar darilobang untuk mencari makan. Denganadanya jaring yang ditebar diatas lobang-lobang persembunyian maka ikan glodokakan terjerat disela-sela jaring.

Nilai ekonomi dari ikan ini di Indonesia belum optimal. Namun didaerah seperti Kerawang dan Cilacap ikan ini sudah diperjualbelikan dengan harga Rp. 3.000/kg dengan pemanfaatan sebagai ikan kering danikan asap. Namun  di Tiongkok dan Jepang,ikan gelodok menjadi santapan, selain juga digunakan sebagai obat tradisional,terutama sebagai peningkat tenaga lelaki dan juga untuk kesehatan terutama janin ibu hamil.

Dari hasil analisa BBPMP pada tahun 1990, ikangolodok segar dari jenis Periophthalmodonschlosseri  mempunyai komposisi yaitu7,91 % protein, 0,46 % lemak, 3,82 % abu dan 72,80 % air. Sedangkan bila sudahdipanggang ikan glodok ini mempunyai kandungan 24,31 % protein, 0,85 % lemak,5,17 % abu dan 43,73 % air. Dengan melihat potensi ikanglodok yang besar dan peluang pasarnya yang menarik, maka ikan ini perludimanfaatkan secara optimal.


MINYAK IKAN







Industri pengalengan ikan dan industri pengolahan tepung ikan merupakan industri yang dapat menghasilkan minyak ikan. Minyak ikan diperoleh dari hasil pemasakan dimana akan terjadi penggumpalan  protein dan pecahnya lemak serta pemisahan air. Minyak  ikan hasil kaya akan asam lemak omega-3, khususnya EPA (Eilosa Panteonil Acid) dan DHA (D-Hexaenoic Acid). Namun selama ini minyak ikan  hanya dimanfaatkan sebagai pakan yang masih mengandung asam lemak jenuh tinggi yang menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil selama penyimpanan terutama didalam kemasan yang mengalami oksidasi, proses oksidasi semakin meningkat dengan adanya panas, cahaya dan O2.

Proses untuk mendapatkan minyak dengan kualitas yang baik ada 2 tahap penting yang harus diperhatikan yaitu proses ekstraksi minyak dan proses pemurnian minyak. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Pemurnian (refining) adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna tidak menarik dan untuk memperpanjang umur simpan sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Pemurnian ini perlu dilakukan karena minyak atau lemak yang dihasilkan dalam proses ekstraksi umunya mengandung kotoran yang ikut terekstraksi dan kotoran tersebut dapat menimbulkan kerusakan yang mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan atau menurun

Pemanfaatan minyak ikan dalam industri pangan dengan tujuan utuk pengganti fungsi minyak industri/lemak hewani dan memperkaya nilai gizin makanan dalam rangka mendapatkan makanan sehat. Untuk maksud tersebut, minyak ikan dikembangkan pemakainya pada produk margarine, and table spread, hard fat, shortening, pastry fat, adonan biskuit dan emulsi untuk roti, adanan roti, minyak goreng, biskuit filling, isinya salad/sayur, emulsifier, fish spread, peanuut butter, mayonise, coleslaw, salami dan sosis

Di Indonesia, minyak ikan diperoleh dari hasil samping dengan pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Minyak ikan tersebut dapat ditingkatkan mutunya agar layak dikonsumsi manusia dengan memurnikannya dengan metode alkali. Minyak ikan mempunyai nilai manfaat kesehatan,pengobatan dan gizi. Dengan demikian, minyak ikan dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri farmasi dan pangan. Minyak ikan dapat diolah menjadi kapsul konsentrat asam lemak omega 3. dengan teknik mikroenkapsulasi minyak ikan dapat diproses menjadi tepung minyak ikan yang memudahkan dalam penanganan, penyimpanan dan pemanfaatannya.
Minyak ikan merupakan minyak yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh paling tinggi dibandingkan dengan jenis minyak lainnya. Ditinjau dari segi kesehatan, hal ini sangat menguntungkan terutama kandungan asam lemak omega 3 nya. Kandungan asam lemak tak jenuhyang tinggi menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil, mudah mengalami oksidasi. Proses oksidasi akan semakin meningkat dengan adanya pannas, cahaya dan oksigen.

2.    Pengolahan Minyak Ikan
Minyak ikan sangat berbeda dengan minyak lainnya, yang dicirikan dengan (1) variasi asam lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan minyak atau lemak lainnya, (2) jumlah asam lemaknya lebih banyak; (a) panjang rantai karbon mencapai 20 atau 22, (b) lebih banyak mengandung jenis asam lemak tak jenuh jamak (ikatan rangkap sampai dengan 5 dan 6), dan (c) lebih banyak mengandung jenis omega-3 dibandingkan dengan omega-6. Asam lemak yang berasal dari ikan pada prinsipnya ada 3 jenis yaitu jenuh, tidak jenuh tunggal dan tidak jenuh jamak. Asam lemak tak jenuh tunggal mengandung satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak mengandung banyak ikatan rangkap per molekul.
Pengolahan minyak ikan di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang diproduksi terdiri atas minyak hati dan minyak dari badan ikan yang merupakan hasil samping pengolahan tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan yang dihasilkan di Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan maupun pakan ternak dan sebagaian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta industry kecil lainnya.

2.1.  Proses Pembuatan Minyak Ikan Secara Konvensional
Pengolahan minyak ikan di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Minyak ikan yang diproduksi terdiri atas minyak hati dan minyak dari badan yang merupakan hasil samping pengolahan tepung ikan dan pengalengan ikan. Pemanfaatan minyak ikan yang dihasilkan di Indonesia baru digunakan sebagai komponen ransum pakan ikan maupun pakan ternak dan sebagian kecil digunakan dalam penyamakan kulit serta industri kecil lainnya. Bahan baku industri minyak ikan adalah minyak ikan dari ikan-ikan pelagis dengan kadar lemak yang tinggi, seperti lemuru dan lainnya. Sumber minyak tersebut diperoleh   dari :
1.        Hasil ekstraksi yang khusus untuk diambil minyaknya
2.        Hasil ekstraksi dari pengolahan tepung ikan
3.        Hasil samping dari pengolahan ikan kaleng
Ekstraksi minyak dilakukan dengan mencampur hati cucut botol dengan asam formiat teknis sebanyak 1 % dari berat hati cucut botol (proses silase). Setelah 3 hari proses silase, kemudian dilakukan penyaringan hasil silase melalui kain blacu untuk memperoleh minyak kasar. Setelah minyak disimpan dalam suhu rendah selama 24 jam, lalu dilakukan sentrifuge pada kecepatan putaran 500 rpm

2.2. Proses Pembuatan Minyak Ikan Secara Modern
Minyak ikan dari pabrik dibersihkn dari kotoran dengan cara minyak ikan hasil saringan dipanaskan seampai suhu 700C dan ditambahkan larutan garam 2-2.5% sebesar setengah volume minyak, sambil diaduk 5 menit (untuk deguming). Campuran minyak tersebut kemudian ditambahkan larutan netrium hidroksida 1N apabila FFA 4% menggunakan NaOH teknis 8.7 gram dilarutkan dalam 125 ml air untuk satu liter minyak ikan. Besarnya volume tergantung dari besarnya FFA minyak ikan yang akan dibersihkan. Makin tinggi FFA, makin besar pula pemakaian natrium hidroksida. Pengadukan selama 30 menit pada suhu 700C, proses ini disebut penyabunan kemudian larutan sabun yang terjadi dipisahkan dari minyaknya. Apabila sabun masih ada yang tertinggal dalam minyak perlu dicuci dengan air panas sampai minyak menjadi bersih dari sabun. Minyak hasil penyabunan ditambah karbon aktif atau benfonif 3%. Kemudian dipanaskn pada suhu 600C sambil diaduk selama 20 menit. Selanjutnya disaring dengan filter press. Minyak yang sudah bersih ditambah antioksida (BHT) sebesar 20 ppm. Kemudian minyak dikemas dalam tempat yang tidak tembus cahaya.

3.  Pengembangan Minyak Ikan

3.1. Minyak ikan dari badan ikan (fish body oil)
Seperti diketahui minyak ikan sangat mudah teroksidasi oleh karena banyaknya ikatan rangkap pada gugus rantai asam lemaknya. Oleh karena itu perlu perlu perhatian yang lebih apabila minyak ikan akan ditambahkan pada produk makanan. Perlakuan terhadap minyak ikan adalah dengan cara pemurnian asam lemak tidak jenuhnya dan pengambilan omega 3 dari asam lemaknya. Dengan kedua cara tersebut akan memberikan nilai tambah produk dengan adanya perubahan penampakkan dan usia simpan produk.

3.2 Minyak hati (liver oil)
Prospek minyak hati ikan cucut botol sebagai bahan baku industri di pasaran Internasional memiliki masa depan yang cerah, sehingga upaya pengolahan lebih lanjut minyak hati cucut botol menjadi bahan setengah jadi (skualen) merupakan prospek bisnis yang baik, hal ini dapat menjadi kenyataan karena teknologi pengolahannya telah dapat dihasilkan yang meliputi metoda dan teknik penanganan hati cucut botol di kapal, ekstraksi minyak dan cara isolasi skualen dari minyak tersebut.
Bahan baku utama untuk pembuatan skualen adalah hati ikan cucut dari keluarga Squalidae dan ikan cucut ini banyak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Skualen adalah suatu senyawa kimia banyak terdapat dalam minyak hati ikan cucut botol atau biasa juga disebut ikan cucut yang hidup pada perairan dalam (300 -1000 meter), yaitu pada bagian zat yang tidak dapat disabunkan. Skualen ini merupakan senyawa kimia yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena banyak digunakan sebagai bahan baku industri kosmetika, farmasi (obat-obatan), industri sutera (pengkilap warna), pengolahan karet, bahan pelumas, dan lain-lain. Oleh karena manfaat dari skualen ini sangat banyak, maka minyak hati cucut botol ini menjadi penting dan dibutuhkan tetapi sangat disayangkan kebutuhannya belum dapat dipenuhi oleh usaha penangkapan ikan cucut tersebut dalam negeri. Secara kimia, skualen adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai enam ikatan rangkap. Senyawa ini merupakan cairan jernih yang tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam pelarut lemak. Skualen mempunyai titik beku -60°C, titik didih 225°C. indek bias 1.40 – 1.50 dan angka iod 366 – 380.

4. Peluang Pengembangan minyak di Indonesia 

Pasar produk pengolahan minyak ikan berteknologi adalah industri makanan seperti : susu bubuk bayi, biskuit, permen, dan lainnya. Untuk menentukan jumlah permintaan pasar harus diperhitungkan jumlah industri makanan tersebut dan juga jumlah pemakaiannya dari setiap industri tersebut. Dikarenakan penggunaan produk minyak ikan berteknologi belum secara meluas di industri makanan dalam negeri maka perlu pula dilakukan perhitungan peluang pasar di luar negeri terutama regional.
Sumber minyak ikan tersebut dapat dari ikan pelagis hasil dari pengalengan dan penepungan. Sumber pasokan tersebut dapat digunakan namun akan mempengaruhi kepada mutu minyak, harga bahan baku, dan jumlah ketersediaan pasokan. Untuk menanggulangi kemungkinan kekurangan pasokan bahan baku maka perhitungan jumlah ketersediaan pasokan tidak hanya berasal dari domestik tetapi juga berasal dari luar negeri (import).

Dengan terbukanya peluang berusaha dan pemasaran dalam perdagangan bebas maka beberapa produk baik yang sejenis atau substitusi akan dijumpai dengan mudah dipasar baik nasional maupun internasional. Dalam situasi yang demikian maka konsumen akan mempunyai peluang yang sangat luas dan bebas memilih barang yang diinginkan.. Oleh sebab itu nisbah antara harga dan mutu akan sangat menentukan dalam keberhasilan pengembangan agroindustri perikanan. Rendahnya harga yang dipengaruhi oleh tingginya efisiensi akan memberikan peluang konsumen untuk dapat membelinya. Sedangkan tingginya mutu suatu produk akan memberikan jaminan dan keyakinan kepada konsumen untuk mempoleh kepuasan.


Mutu produk industry minyak ikan akan sangat dipengaruhi mutu bahan mentah minyak ikan, penguasaan teknologi emulsifikasi dan enkapsulasi, serta mesin dan peralatan yang digunakan. Ketiga faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan industri minyak ikan guna menghasilkan mutu produk yang dapat bersaing dan diterima konsumen. Disamping itu juga seiring dengan pemenuhan akan food safety dimana produsen dituntut untuk dapat memberikan jaminan mutu (quality assurance) terhadap produk yang diproduksi dan dipasarkan maka industri enkapsulasi minyak ikan harus pula menerapkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan suatu teknik operasional pengawasan mutu yang bertumpu pada upaya pencegahan sejak dini mulai dari produksi bahan baku, transportasi, pengolahan sampai pada distribusi dan pemasarannya.